Allah menurunkan Al Quran untuk menjadi penolong bagi manusia, dan itu bisa dibuktikan oleh mereka yang benar-benar beriman.
Surat Al Fatihah biasa disebut juga sebagai Ummul Quran, atau induk dari semua kitab yang telah diturunkan Allah kepada nabi-nabinya. Hal tersebut dinyatakan dalam sebuah riwayat yang yang terhimpun dalam hadits Muslim dan Nasa’i, dari Ibnu Abbas r.a. Ia berkata, “Rasulullah SAW sedang duduk bersama Jibril, ketika tiba-tiba terdengar suara gemuruh di atas mereka. Maka Jibril melihat ke langit, lalu berkata, ‘Itu pintu langit telah terbuka. Selama ini belum pernah dibuka sama sekali.’ Dan dari pintu langit itu keluar, turun, malaikat yang lalu mendatangi Rasulullah SAW serta berkata, ‘Terimalah kabar gembira, bahwa Anda diberi dua cahaya yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelum Anda, yaitu Fatihah dan penutup Surat Al-Baqarah. Tiada engkau membaca satu huruf melainkan pasti diberi (yakin apa yang terkandung di dalamnya).’.”
Sebagai induk dari semua kitab yang diturunkan Allah, tentunya Al Fatihah merupakan intisari dari seluruh isi Al Quran. Dan kerana Al Quran merupakan sumber ilmu, sumber hukum, sumber panduan akhlak, sumber berbagai ubat, dan lain-lain, maka automatik Surah Al Fatihah juga memiliki fadhilat yang pastinya sangat luar biasa. Hal itu memang betul. Sebuah riwayat mengungkapkan mengenai fadhilat Al Fatihah sebagai ubat (jampi-jampi sebagai penawar bisa binatang).
Abu Said al-Khudri r.a. berkata, “Ketika kami dalam bepergian dan berkhemah, tiba-tiba datang budak perempuan menemui kami dan berkata, ‘Sesungguhnya pimpinan suku ini telah digigit binatang berbisa, dan tidak ada orang yang boleh menolongnya. Apakah ada di antara kamu yang dapat menjampi?’ Maka berdirilah seorang di antara kami. Maka kami semua merasa hairan, dan tak menyangka bahawa dia boleh menjampi.
Orang itu lalu menjampi Kepala Suku, dan ternyata sembuh. Maka orang itu diberi hadiah berupa 30 domba, dan susu untuk kami semua. Ketika orang itu kembali, kami bertanya kepadanya, ‘Apakah Anda pandai menjampi?’ Orang itu menjawab, ‘Tidak, aku tidak menjampi, aku hanya membacakan Ummul Kitab (Al Fatihah). Kami takjub, namun juga waswas. Maka kami bilang, ‘Jangan dulu kau ganggu domba-domba itu, sampai kita menanyakan perihalnya kepada Rasulullah SAW.’
Setelah kami tiba di Madinah, kami segera menemui Rasulullah SAW dan menceritakan tentang kejadian itu. Dan Rasulullah SAW bertanya, ‘Dari mana ia mengetahui bahwa Fatihah itu sebagai jampi (untuk jampi)?’ Sudah pasti Allah dan rasulnyalah yang lebih tahu. Maka Rasulullah SAW lalu berkata, ‘Bagilah domba-domba itu dan berilah aku bahagian.’.” Di sebahagian riwayat Muslim disebutkan bahawa yang menjampi itu adalah Abu Said al-Khudri r.a.
Pertanyaannya adalah, apa benar Al-Fatihah boleh digunakan sebagai jampi-jampi? Rasanya, itu bergantung pada siapa yang membacakannya. Kalau yang membaca adalah hamba Allah yang dekat dengan-Nya, sudah pasti apa pun yang dibacanya akan mustajab. Kerana, dekatnya dia dengan Allah telah membuat doa-doanya seringkali dikabulkan. Sebaliknya, kalau yang membacakan atau menjampi-jampinya orang yang tak dekat dengan Allah, suka maksiat, tidak pernah solat, apatah lagi puasa dan berzakat, bagaimana boleh mustajab? Siapa yang mahu mengabulkan doanya?
Jadi, pada hakikatnya, ayat-ayat Allah yang mana pun, kalau dibaca oleh hamba Allah yang dekat dengan-Nya, maka pasti akan memberikan fadhilat. Bahkan, dengan menyebut nama Allah saja sudah bisa menjadi ubat yang sangat mujarab untuk segala penyakit, kecuali maut. Kerana, kuncinya adalah siapa yang membacanya – bukan apa yang dibacanya. Dalam kaitan ini, orang-orang yang tak diberi hidayah oleh-Nya, tak akan boleh memahami Al Quran sedikit pun. Kerana, mereka cenderung menjadi pencela. Menjadi orang yang mencari-cari kesalahan Al Quran.
Wallahu a’lam.